Join me in best community & be healthy

Jangan percaya mesin pencari uang otomatis, karena mereka hanya memanfaatkan rasa ingin tahu dan sifat coba-coba para pengguna pemula internet dan mereka yang malas dan instan dalam meraih kekayaan. Dipastikan mereka tak mencantumka alamat kantor,meskipun kantor mereka rumah tinggal, tapi hanya nomor GSM

Sunday, August 1, 2010

Perang Salib (Bagian 2 habis)


  Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum salib membangkitkan Dibwah kepemimpinannya, ia meneruskan cita-cita ayahnya untuk membebaskan negara-negara Islam di Timur dari cengkeraman kaum salib. Termasuk kesadaran kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zanki,
penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Haminah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M, dan digantikan oleh putranya Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut

kota Damaskus tahun 1147, Antiochea pada tahun 1149 M, dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali (Yatim, 2003:78). juga ia berhasil membebaskan Mesir pada tahun 1169 M (Dewan Redaksi, 1997:242).
   Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus, dan Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Pada tahun 1 174 M Nuruddib wafat, dan pimpinan perang dipegang oleh Shalah al-Din al-Ayyubiyah di Mesir pada tahun 1175 M. Akhirnya Shalah al-Din dapat merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan Latin di Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir(Yatim,2003:78).
    Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis, yang bergerak pada tahun 1189 M.
       Ekspedisi militer salib kali ini dibagi dalam beberapa divisi. Sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi darat tewas tenggelam dalam penyeberangannya di sungai Armenia, dekat kota ar-Ruha'. Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalannya di bawah pimpinan putra Frederick. Adapun kedua divisi lainnya yang menempuh jalur laut bertemu di Sicilia. Karena terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sicilia secara terpisah, Richard menuju Cyprus dan mendudukinya dan selanjutnya menuju Syam (Suriah). Adapun Philip langsung menuju Acre (Akka) dan berhasil merebutnya yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina.
       Pada tanggal 2 Nofember 1192 M, dibuat perjanjian damai atau gencatan senjata antara tentara salib dengan Shalah al-Din yang disebut dengan Shulh al-Ramlah (Yatim,2003:78). Inti perjanjian damai tersebut adalah : daerah pedalaman akan menjadi milik umat Islam, dan umat Kristen yang akan ziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di bawah kekuasaan tentara salib (Dewan Redaksi,1997:242).
C. Periode Ketiga atau Periode Kehancuran Pasukan Salib (1193-1291 M)
     Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum Palestina, dengan harapan dapat bantuan orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick, yang isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, dengan syarat Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria.
      Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai dinasti Mamalik -yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah- pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qolawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1291 M(Yatim,2003:79).
  Dalam buku Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa Perang Salib ketiga ini dikenal sebagai periode kehancuran pasukan Salib, hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan material, bukan motivasi karena agama. Tujuan utama mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis mereka lupakan. Hal ini dapat dilihat katika pasukan Salib yang semula dipersiapkan menyerang Mesir ternyata membelokkan haluan menuju Konstantinopel. Kota ini dapat direbut dan dikuasai dengan Baldwin sebagai rajanya. Dia adalah raja Roma-Latin pertama yang berkuasa di Konstantinopel (Dewan Redaksi,1997:242).
IV. Dampak Perang Salib Terhadap Peradaban Islam
Akibat adanya perang Salib ini, walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan ini terjadi di wilayah Islam. Di antaranya adalah kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad (Yatim,2003:79).
      Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni, perindustian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan, dan kepribadian.
    Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang.
    Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Sistem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan di Timur-Islam, seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam, termasuk penemuan gula.
   Hubungan perniagaan dengan Timur-Islam menyebabkan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, yang sebelumnya mereka menggunakan sistem barter. Ilmu astronomi berkembang pada abad ke-9 di dunia Islam telah pula mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Selain itu juga mereka meniru rumah sakit dan tempat pemandian. Yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa sikap dan kepribadian umat Islam di Timur pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapat perhatian.
V. Pengaruh Perang Salib Terhadap Kekhilafahan Bani Abbasiyah
    Perang salib yang berlangsung selama tiga abad itu ternyata memberikan pengaruh yang besar terhadap kekhilafahan Bani Abbasiyah. Di samping faktor-faktor internal, Perang Salib menjadi faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Kekuatan politik umat Islam saat itu menjadi lemah, sehingga banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad (Yatim,2003:79).
      Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut andil berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib ini juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam (Yatim,2003:85).
     Pengaruh Perang Salib juga terlihat dalam penyerangan tentara Mongol. Hulagu Khan panglima tentara Mongol sangat membenci Islam karena dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Tentara Mongol setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, mereka ikut memperbaiki Yerusalem (Yatim,2003:85).
 V. Kesimpulan
      Dari berbagai uraian dan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu :
     Perang Salib adalah perang antara umat Islam dan umat Kristen dengan disebabkan beberapa faktor seperti, faktor agama, politik dan sosial ekonomi.
Perang Salib berlangsung sejak tahun 1096 sampai tahun 1291 M dengan tiga periode, periode pertama adalah periode penaklukan (1096-1144 M), periode kedua adalah periode reaksi umat Islam (1144-1192 M), dan periode ketiga adalah periode kehancuran pasukan Salib (1193-1291 M).
      Perang Salib ini berdampak negatif kepada peradaban Islam, dengan kata lain menguntungkan pihak Kristen. Di antaranya, kekuatan politik umat Islam menjadi lemah, sementara pihak Kristen dengan adanya Perang Salib itu dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang saat itu sudah maju. Seperti, bidang militer, perindustrian, pertanian, perdagangan atau perniagaan, dan termasuk juga dalam ilmu astronomi dan kesehatan.
     Perang Salib termasuk faktor eksternal kelemahan dan kehancuran kekhilafahan Bani Abbasiyah. Karena terjadinya Perang Salib yang berlangsung selama tiga abad itu menyebabkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah.
 VI. Daftar Pustaka
       Al-Wakil, Muhammad Sayyid (1998).Wajah Dunia Islam Dari Dinasti Bani Umayyah Hingga Imperialisme Modern. Jakarta:Pustaka Al Kautsar.
       Armstrong, Karen (2002). Islam Sejarah Singkat. Yogyakarta:Penerbit Jendela.
       Lapidus, Ira.M.(1999).Sejarah Sosial Umat Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
       Redaksi, Dewan (1997).Ensikplopedi Islam. Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
      Sodiqin, Ali dkk (2003).Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga.
       Watt, W.Montgomery (1990).Kejayaan Islam Kajian Kritis Dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta:PT Tiara Wacana.
       Yatim, Badri (2003).Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

1 comment:

  1. bangga aku menjdi muslim..bangga aku menjdi muslim..

    ReplyDelete

Silahkan dikomentari..

Blog Archive